#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:98%; }

Selasa, 05 Agustus 2014

Mengapa saya pun mengenakan kerudung misa?

Mengenal kerudung misa adalah suatu perjalanan iman yang saya jalani, saya bahkan belum lama menggunakannya. Saya berharap ini dapat memotivasi Anda untuk menggunakannya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa mengawali sesuatu apalagi sesuatu yang baru bagi umat di tempat kita, tidaklah mudah.
Saya mengenal kerudung misa (mantilla) dari suatu postingan di halaman yang memposting mengenai katolik beberapa tahun lalu. Saya awalnya berpikir bahwa ini sangat mengagumkan. Saya mulai jatuh cinta pada kerudung misa ini. Dengan berjalannya waktu, saya selalu berusaha mencari tahu mengenainya tapi belum menggunakannya. Hal ini karena saya belum memilikinya, belum ada di tempat saya yang menggunakannya dan tentunya saya belum tahu di mana saya dapat memperolehnya.
Foto-foto yang diposting, tradisi gereja yang juga ikut diperkenalkan oleh halaman katolik di facebook semakin menambah pengetahuan saya sekaligus kecintaan saya pada kerudung misa ini. Beberapa peristiwa dalam hidup ini semakin membawa saya merasa ingin mendekat pada devosi ini. 2 tahun berlalu dengan “PDKT” lewat dunia online, akhirnya saya pun memperoleh kerudung misa pertama saya melalui berkat yang diberikan oleh teman baru di facebook yang mengirimkannya kepada saya. Sungguh luar biasa bahwa saya mencari kerudung misa ini selama 2 tahun dan akhirnya saya memperolehnya. Rasanya suatu sukacita besar menghampiri saya.
Saya memposting rasa sukacita dan terima kasih saya pada teman itu melalui sebuah status dan begitu banyak teman yang menyukainya. Dan beberapa yang mengetahui mengenai mantilla pun menanyakan hal itu. Apakah di Paroki Makale sudah menggunakan itu. Saya hanya menjawab bahwa, kalaupun belum digunakan, apakah salah jika kita memulai menggunakannya? Bukankah adalah baik jika kita memulai mencintai ekaristi dengan cara yang lebih baik pula? Dia hanya menjawab bahwa itu bagus.
Memiliki,, ya,, akhirnya saya memiliki mantilla saya sendiri. Tetapi, bukan berarti bahwa awal perjumpaan ini menjadi mulus. Saya memerlukan waktu beberapa minggu hingga akhirnya saya menggunakannya. Ada begitu banyak hal yang saya pikirkan. Saya memikirkan apa pendapat orang, apa saya harus menggunakannya, apa boleh digunakan di paroki ini, dan banyak pertanyaan yang muncul di benak saya. Tapi saya menepisnya dan berpikir bahwa ini untuk saya sendiri, untuk kecintaanku, dan dengan ini saya tidak menyakiti orang lain. Saya mulai memberanikan diri menggunakannya di misa pagi (di Paroki kami, misa pagi diadakan setiap hari Selasa, Rabu, dan Jumat yang bukan Jumat pertama dalam bulan). Misa pagi ini diikuti oleh beberapa orang. Rasanya damai menggunakannya bahwa pada saat misa, saya bertemu dengan Kristus dengan lebih sopan dan fokus.
Misa pagi demi misa berlalu dengan baik. :D hingga pada Misa Minggu pagi yang diikuti oleh banyak orang, saya ragu tetapi saya tetap menggunakannya. Rasanya tidak nyaman ketika saya melihat bahwa beberapa umat berbisik-bisik melihat saya menggunakan mantilla. Hari demi hari berlalu, rasa tidak nyaman itu perlahan mulai saya hilangkan. Ah,, bukankah ini saya lakukan karena kecintaan saya pada Kristus? Kerinduan saya akan misa yang dihadiri oleh umat dengan pakaian-pakaian yang lebih sopan, kecintaan akan tradisi gereja katolik yang begitu kaya? Bukankah saya harusnya lebih bersyukur dengan begitu bahwa mereka yang berbisik-bisik itu akan mencari tahu tentang mantilla dan akan mencintainya juga? Ya,, itulah harapan saya.
Beberapa postingan di facebook semakin menguatkan saya misalnya :
Membaca artikel-artikel itu membuat saya semakin yakin untuk menggunakan mantila selama misa. Beberapa minggu lalu, saya ditanya oleh mama saya. Katanya seseorang menanyakan kepadanya mengapa saya menggunakan mantilla. Apakah itu aliran baru? Saya menjawab mama saya bahwa itu adalah tradisi gereja katolik yang sudah lama dan beberapa gereja katolik di kota-kota besar sudah menggunakannya.
Tidak lama sesudah itu, pada misa Jumat I bulan ini, sehabis misa, tante saya pun mengajak bercerita-cerita di gereja dan menanyakan hal yang sama. Seseorang atau mungkin beberapa orang juga sempat bertanya padanya mengapa saya menggunakan mantila. Saya menjawab sesuai yang saya ketahui dan kecintaan saya pada mantilla dan beberapa alasan saya kemukakan mengapa saya menggunakan mantila.
Dua peristiwa itu membuat saya bertanya-tanya mengapa mereka tak menanyakan langsung pada saya. Tetapi saya tetap berpikir positif dan membuat saya semakin mencintai mantilla itu. Malam sesudah itu saya membuka-buka alkitab saya. Saya membaca dan menemukan 1 Kor 11: 12-16, tepatnya pada ayatnya yang ke-13. Pertimbangkan sendiri, bahkan dalam alkitab dituliskan untuk mempertimbangkan sendiri. Ya,, keputusan ini merupakan keputusan sendiri untuk menggunakannya atau tidak. Sama halnya ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita hanya jatuh cinta tanpa mempertimbangkan lagi hal lain. Yang penting ini baik buat kita, membuat kita bahagia, dan ini bukan hal buruk bukan? :D
Awalnya saya jatuh cinta dan jatuh cinta itu tak memerlukan alasan. Sayangnya orang-orang di sekitar kita memerlukan alasan yang logis. Dan menemukan ayat di atas saya bergembira bahwa saya menemukan alasan untuk dikemukakan kepada mereka.
Saya teringat pada banyak percakapan saya mengenai pakaian yang sopan ke gereja dengan beberapa teman OMK di paroki lain (saya dulunya ada di Paroki Kare, Makassar). Begitu banyaknya keluhan dari teman OMK pria bahwa mereka ke gereja tidak lagi murni untuk datang memuji Tuhan, terlebih karena tidak konsen lagi dengan umat yang menggunakan pakaian-pakaian terbuka, baik itu terbuka atas atau bawah. Mereka pun pria yang memiliki mata. Bukankah suatu yang tidak pantas memandangi hal seperti itu? Dan lebih tidak pantas lagi kalau kita yang membuat orang lain berlaku demikian di tempat suci. Mungkin buat kita nyaman menggunakan itu dan pantas menurut kita,, tetapi bukankah sebaiknya kita menjaga konsentrasi dan niat umat lain untuk datang memuji Tuhan?
Tak perlu menanyakan apakah saya pernah menggunakan pakaian terbuka ikut misa. Saya pun pernah menggunakannya dan seiring bertambahnya pengalaman saya, saya menyadari bahwa itu tidaklah layak apalagi dengan percakapan saya dengan teman-teman saya.
Saya tidak mempersoalkan apakah pakaian yang kita masing-masing layak atau tidak, tetapi ini hanya pertimbangan dari saya. Bukankah alkitab juga menyerahkan kepada kita untuk mempertimbangkannya sendiri?
Mengenakan mantilla bukan berarti bahwa kita lebih baik dari orang lain. Tetapi karena kita tidak suci, tidak lebih baik dari orang lain maka kita memerlukannya untuk membantu kita menjadi lebih baik. Setidaknya, dengan menggunakan mantilla ini, memotivasi kita untuk menundukkan kepala saat berdoa, menurunkan pandangan mata kita di hadapan Tuhan dalam Sakramen Mahakudus dan dengan itu kita lebih dapat menyembah Tuhan dalam tabernakel hati dan jiwa kita masing-masing.
Selain sikap pada saat misa, dengan menggunakan mantilla, kita mengevaluasi cara berpakaian kita, sikap kita, cara berpikir kita, prioritas kita dan banyak hal baik lainnya. Tetapi itu tidak membuat kita mencap diri kita lebih baik, dengan menggunakan mantilla membuat kita berusaha mendisiplinkan kedagingan kita. Biarlah Dia bertambah besar dan semakin dimuliakan dan kita semakin kecil. :D
Marilah kita saling mendoakan agar dari hari ke hari, hati kita menjadi tempat yang layak untuk didiami oleh Tuhan dan dibaharui dari harike hari. :D

Tuhan memberkati.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar