#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:98%; }

Selasa, 12 Agustus 2014

Mengapa orang katolik mendoakan orang yang sudah meninggal??

Bagi seorang kristen, kematian bukanlah semata-mata akhir hidup melainkan suatu peristiwa iman. Pada saat kematian, bersama dengan Kristus, kita beralih dari dunia yang fana ini kepada kehidupan kekal. Kita menghadap Bapa dan sesudah disucikan dari dosa, kita diterima dalam keluarga Allah yang berbahagia.
Maka sangatlah tepat untuk merayakan misa dalam rangka pemakaman orang beriman sebab dengan demikian kita mengungkapkan harapan bahwa Kristus akan merubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan TubuhNya yang mulia” (FLP 3:21). Kita memohonkan kebahagiaan abadi bagi saudara kita serta ikut serta dalam duka nestapa keluarga yang berkabung, dan sekaligus juga kita memberikan kesaksian kepada yang turut hadir yang bukan kristen tentang iman kita yang penuh harapan.
Sebenarnya, prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu:
1.       yang masih mengembara di dunia
2.       yang sudah jaya di surga
3.       yang masih dimurnikan di Api Penyucian.
Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus (2 Mak 12:42-46).
Adat istiadat yang terkait dengan upacara untuk orang yang sudah meninggal meliputi – memandikan jenazah, menunggu jenazah atau tirakatan, pemberkatan jenazah, perarakan ke kuburan, pemakaman dan peringatan arwah setelah hari tertentu – hendaknya diwarnai ungkapan iman akan kehidupan kekal.

Dalam liturgi untuk orang mati, gereja memberi penghormatan kepada jenazah, bukan untuk memujanya, bukan untuk menghalau roh-roh jahat ataupun menjauhkan roh orang mati jangan sampai mengganggu orang yang masih hidup; melainkan untuk melepas pergi seorang saudara/kerabat/teman yang dikasihi, saling memberi penghiburan untuk kita yang ditinggalkan, mengungkapkan persekutuan kita dengan kaum beriman yang sudah meninggal dan menyatakan kepercayaan dan harapan kita akan kebangkitan badan pada hari kiamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar