#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:98%; }

Rabu, 13 Agustus 2014

Peringatan hari ke .... orang yang sudah meninggal dalam iman katolik

Gereja katolik merayakan peringatan orang kudus sebagai hari raya (day of obligaton) pada tanggal 1 November yang ditetapkan pada jaman Paus Gregorius IV pada tahun 835.
Sehari setelah hari perayaan orang kudus disebut hari arwah (all souls day) yaitu hari yang ditetapkan untuk mengenang dan mempersembahkan doa- doa atas nama semua orang beriman yang telah wafat. Mengingat makna antara keduanya demikian dekat, maka tak mengherankan bahwa Gereja merayakannya secara  berurutan. Setelah kita merayakan hari para orang kudus, kita mendoakan para saudara- saudari kita yang telah mendahului kita, dengan harapan agar merekapun dapat bergabung dengan para orang kudus di surga.
Umat Kristiani telah berdoa bagi para saudara/ saudari mereka yang telah wafat sejak masa awal agama Kristen. Liturgi- liturgi awal dan teks tulisan di katakomba membuktikan adanya doa- doa bagi mereka yang telah meninggal dunia. Mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42. Di dalam kitab Perjanjian Baru tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus  (lih. 2 Tim 1:18) yang telah meninggal dunia. Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga mengajarkan praktek mendoakan jiwa- jiwa orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat memberikan efek positif kepada jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut. Berhubungan dengan praktek ini adalah ajaran tentang Api Penyucian. Kitab Perjanjian Baru secara implisit mengajarkan adanya masa pemurnian yang dialami umat beriman setelah kematian.  Yesus mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni setelah kehidupan di dunia ini, (lih. Mat 12:32) dan ini mengisyaratkan adanya tempat/ keadaan yang bukan Surga -karena di Surga tidak ada dosa; dan bukan pula neraka -karena di neraka sudah tidak ada lagi pengampunan dosa. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api” (1 Kor 3:15). Para Bapa Gereja, termasuk St. Agustinus (dalam Enchiridion of Faith, Hope and Love dan City of God), merumuskannya dalam ajaran akan adanya pemurnian jiwa setelah kematian.
Selain itu, gereja katolik memperingati hari arwah setelah hari tertentu orang meninggal yaitu hari ke – 3, 7, 40, 50, 100, 1 tahun, 2 tahun, hari ke-1000. Bukan tanpa alasan bahwa sejumlah hari tersebut dipilih untuk memperingati/mendoakan arwah. Seperti dikatakan bahwa doa-doa ini juga diharapkan menjadi ungkapan akan iman dan harapan akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal.

>> hari ke – 3 dipilih karena dasar bahwa setelah hari ke-3, Yesus dibangkitkan dari antara orang mati. Pada peringatan ini pula, kita berharap agar saudara kita mengalami kebangkitan bersama Tuhan.
>> hari ke – 7 dipilih karena setelah 6 hari masa penciptaan (lihat kitab Kejadian), pada hari ke- 7 Allah berhenti dari segala pekerjaan yang telah dibuatnya dan menguduskannya. Pada peringatan ini, kita berharap agar saudara kitapun dikuduskan dan diberikan istirahat kekal dalam kerajaan Bapa.
>> hari ke – 40 dipilih berdasarkan iman bahwa 40 hari sesudah Yesus dibangkitkan, Ia diangkat ke surga. Pada peringatan hari ini, kita berharap saudara kita turut diangkat ke surga.
>> hari ke-50 dipilih karena 50 setelah Yesus dibangkitkan, Ia mengutus Roh Kudus untuk menghibur kita. Kita berharap bahwa pada saat ini kita yang ditinggalkan mendapat penghiburan dari Tuhan melalui Roh Kudus. Setelah hari ini, semua tanda perkabungan dilepaskan karena kita percaya bahwa kita mengalami penghiburan yang sejati dari Tuhan.
>> hari ke-100 , 100 dipercaya sebagai angka sempurna. Hal ini digunakan pula dapat menilai kinerja. Pada hari ke-100 kita berharap semoga saudara kita mendapat kesempurnaan di surga.
>> peringatan 1 th, 2 th dst ... saat saudara kita meninggal, kita percaya bahwa Ia mengalami “kelahiran” di surga, memulai kehidupan abadi di surga. Jadi selayaknya kelahiran kita memperingati ulang tahun, sama halnya kelahiran di surgapun kita memperingati ulang tahun kelahirannya di surga.

>> hari ke – 1000 , ketika orang Jawa menghitung hari, ketika mereka menyebutkan 1000 itu berarti sudah lama. Namun merujuk pada kitab suci, 1000 merupakan seluruh jumlah hari dimana Yesus berkarya. Ia mulai berkarya mulai dihitung ketika Yesus membaca ayat dalam Bait Suci dan mengatakan bahwa pada hari ini naas ini terpenuhi. Dan ia selesai berkarya ketika di salib dan mengatakan selesailah sudah. Beberapa ahli menghitungnya dan itu genap 1000 hari. Ini berarti bahwa saudara kita telah lama meninggal dan kita tetap berharap ia memperoleh yang ia butuhkan di surga dan kita berharap, kita yang ditinggalkan dan ia yang sudah pergi dapat saling mendoakan.

_dari berbagai sumber_

6 komentar:

  1. Ini hitungnya dari meninggal atau dari hari penguburannya? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf sebelumnya apabila jawaban saya salah,
      kalau yg me-3 hari di hitung dari waktu ngubur,
      yg me-7 hari dari waktu meninggal
      selanjutnya dihitung dari waktu meninggal/lanjut dari hitungan me-7 hari

      Hapus
  2. Saya merasa bersyukur disempatkan membaca artikel ini, jadi menambah pengetahuan akan iman Katolik kita dan semakin teguh ikut mewartakan kerajaan Allah didalam keluarga dan dilingkungan disekitar kita Tuhan Yesus Memberkati .

    BalasHapus
  3. maaf klu saya salah...sepengetahuan saya semua itu di hitung dari hari meninggalnya bila 3 hari masih di semayamkan maka tdk ada lagi peringatan untuk 3 hari begitu kira kira tksh.
    salam Kristus..

    BalasHapus
  4. Terima kasih ...... artikel yang sangat bagus, berkat Tuhan melimpah bagi menulis artikel ini.

    BalasHapus
  5. Sangat membantu artikel ini,walaupun saya kristen tetap berdoa buat arwah mama saya secara katolik secara pribadi

    BalasHapus