Gereja katolik
merayakan peringatan orang kudus sebagai hari raya (day of obligaton) pada
tanggal 1 November yang ditetapkan pada jaman Paus Gregorius IV pada tahun 835.
Sehari setelah
hari perayaan orang kudus disebut hari arwah (all souls day) yaitu hari yang ditetapkan untuk mengenang dan mempersembahkan doa-
doa atas nama semua orang beriman yang telah wafat. Mengingat makna antara
keduanya demikian dekat, maka tak mengherankan bahwa Gereja merayakannya
secara berurutan. Setelah kita merayakan hari para orang kudus, kita
mendoakan para saudara- saudari kita yang telah mendahului kita, dengan harapan
agar merekapun dapat bergabung dengan para orang kudus di surga.
Umat Kristiani
telah berdoa bagi para saudara/ saudari mereka yang telah wafat sejak masa awal
agama Kristen. Liturgi- liturgi awal dan teks tulisan di katakomba membuktikan
adanya doa- doa bagi mereka yang telah meninggal dunia. Mendoakan jiwa orang-
orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42. Di dalam
kitab Perjanjian Baru tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya
Onesiforus (lih. 2 Tim 1:18) yang telah meninggal dunia. Para Bapa
Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga mengajarkan praktek mendoakan
jiwa- jiwa orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen
perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat memberikan efek positif kepada
jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut. Berhubungan dengan praktek ini adalah
ajaran tentang Api Penyucian. Kitab Perjanjian Baru secara implisit mengajarkan
adanya masa pemurnian yang dialami umat beriman setelah kematian. Yesus
mengajarkan secara tidak langsung bahwa ada dosa-dosa yang dapat diampuni
setelah kehidupan di dunia ini, (lih. Mat 12:32) dan ini mengisyaratkan adanya
tempat/ keadaan yang bukan Surga -karena di Surga tidak ada dosa; dan bukan
pula neraka -karena di neraka sudah tidak ada lagi pengampunan dosa. Rasul
Paulus mengatakan bahwa kita diselamatkan, “tetapi seolah melalui api” (1 Kor
3:15). Para Bapa Gereja, termasuk St. Agustinus (dalam Enchiridion of Faith, Hope and Love dan City of God),
merumuskannya dalam ajaran akan adanya pemurnian jiwa setelah kematian.
Selain itu,
gereja katolik memperingati hari arwah setelah hari tertentu orang meninggal
yaitu hari ke – 3, 7, 40, 50, 100, 1 tahun, 2 tahun, hari ke-1000. Bukan tanpa
alasan bahwa sejumlah hari tersebut dipilih untuk memperingati/mendoakan arwah.
Seperti dikatakan bahwa doa-doa ini juga diharapkan menjadi ungkapan akan iman
dan harapan akan kebangkitan badan dan kehidupan kekal.
>> hari ke – 3 dipilih karena dasar bahwa setelah hari
ke-3, Yesus dibangkitkan dari antara orang mati. Pada peringatan ini pula, kita
berharap agar saudara kita mengalami kebangkitan bersama Tuhan.
>> hari ke – 7 dipilih karena setelah 6 hari masa
penciptaan (lihat kitab Kejadian), pada hari ke- 7 Allah berhenti dari segala
pekerjaan yang telah dibuatnya dan menguduskannya. Pada peringatan ini, kita
berharap agar saudara kitapun dikuduskan dan diberikan istirahat kekal dalam
kerajaan Bapa.
>> hari ke – 40 dipilih berdasarkan iman bahwa 40 hari
sesudah Yesus dibangkitkan, Ia diangkat ke surga. Pada peringatan hari ini,
kita berharap saudara kita turut diangkat ke surga.
>> hari ke-50 dipilih karena 50 setelah Yesus
dibangkitkan, Ia mengutus Roh Kudus untuk menghibur kita. Kita berharap bahwa
pada saat ini kita yang ditinggalkan mendapat penghiburan dari Tuhan melalui
Roh Kudus. Setelah hari ini, semua tanda perkabungan dilepaskan karena kita
percaya bahwa kita mengalami penghiburan yang sejati dari Tuhan.
>> hari ke-100 , 100 dipercaya sebagai angka sempurna. Hal
ini digunakan pula dapat menilai kinerja. Pada hari ke-100 kita berharap semoga
saudara kita mendapat kesempurnaan di surga.
>> peringatan 1 th, 2 th dst ... saat saudara kita meninggal,
kita percaya bahwa Ia mengalami “kelahiran” di surga, memulai kehidupan abadi
di surga. Jadi selayaknya kelahiran kita memperingati ulang tahun, sama halnya
kelahiran di surgapun kita memperingati ulang tahun kelahirannya di surga.
>> hari ke – 1000 , ketika orang Jawa menghitung hari,
ketika mereka menyebutkan 1000 itu berarti sudah lama. Namun merujuk pada kitab
suci, 1000 merupakan seluruh jumlah hari dimana Yesus berkarya. Ia mulai berkarya
mulai dihitung ketika Yesus membaca ayat dalam Bait Suci dan mengatakan bahwa
pada hari ini naas ini terpenuhi. Dan ia selesai berkarya ketika di salib dan
mengatakan selesailah sudah. Beberapa ahli menghitungnya dan itu genap 1000
hari. Ini berarti bahwa saudara kita telah lama meninggal dan kita tetap
berharap ia memperoleh yang ia butuhkan di surga dan kita berharap, kita yang
ditinggalkan dan ia yang sudah pergi dapat saling mendoakan.
_dari berbagai sumber_
Ini hitungnya dari meninggal atau dari hari penguburannya? Terima kasih
BalasHapusmaaf sebelumnya apabila jawaban saya salah,
Hapuskalau yg me-3 hari di hitung dari waktu ngubur,
yg me-7 hari dari waktu meninggal
selanjutnya dihitung dari waktu meninggal/lanjut dari hitungan me-7 hari
Saya merasa bersyukur disempatkan membaca artikel ini, jadi menambah pengetahuan akan iman Katolik kita dan semakin teguh ikut mewartakan kerajaan Allah didalam keluarga dan dilingkungan disekitar kita Tuhan Yesus Memberkati .
BalasHapusmaaf klu saya salah...sepengetahuan saya semua itu di hitung dari hari meninggalnya bila 3 hari masih di semayamkan maka tdk ada lagi peringatan untuk 3 hari begitu kira kira tksh.
BalasHapussalam Kristus..
Terima kasih ...... artikel yang sangat bagus, berkat Tuhan melimpah bagi menulis artikel ini.
BalasHapusSangat membantu artikel ini,walaupun saya kristen tetap berdoa buat arwah mama saya secara katolik secara pribadi
BalasHapus