Mengenal
kerudung misa adalah suatu perjalanan iman yang saya jalani, saya bahkan belum
lama menggunakannya. Saya berharap ini dapat memotivasi Anda untuk
menggunakannya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa mengawali sesuatu apalagi sesuatu
yang baru bagi umat di tempat kita, tidaklah mudah.
Saya
mengenal kerudung misa (mantilla) dari suatu postingan di halaman yang
memposting mengenai katolik beberapa tahun lalu. Saya awalnya berpikir bahwa
ini sangat mengagumkan. Saya mulai jatuh cinta pada kerudung misa ini. Dengan berjalannya
waktu, saya selalu berusaha mencari tahu mengenainya tapi belum menggunakannya.
Hal ini karena saya belum memilikinya, belum ada di tempat saya yang
menggunakannya dan tentunya saya belum tahu di mana saya dapat memperolehnya.
Foto-foto
yang diposting, tradisi gereja yang juga ikut diperkenalkan oleh halaman
katolik di facebook semakin menambah pengetahuan saya sekaligus kecintaan saya
pada kerudung misa ini. Beberapa peristiwa dalam hidup ini semakin membawa saya
merasa ingin mendekat pada devosi ini. 2 tahun berlalu dengan “PDKT” lewat
dunia online, akhirnya saya pun memperoleh kerudung misa pertama saya melalui
berkat yang diberikan oleh teman baru di facebook yang mengirimkannya kepada
saya. Sungguh luar biasa bahwa saya mencari kerudung misa ini selama 2 tahun
dan akhirnya saya memperolehnya. Rasanya suatu sukacita besar menghampiri saya.
Saya
memposting rasa sukacita dan terima kasih saya pada teman itu melalui sebuah
status dan begitu banyak teman yang menyukainya. Dan beberapa yang mengetahui
mengenai mantilla pun menanyakan hal itu. Apakah di Paroki Makale sudah
menggunakan itu. Saya hanya menjawab bahwa, kalaupun belum digunakan, apakah
salah jika kita memulai menggunakannya? Bukankah adalah baik jika kita memulai
mencintai ekaristi dengan cara yang lebih baik pula? Dia hanya menjawab bahwa
itu bagus.
Memiliki,,
ya,, akhirnya saya memiliki mantilla saya sendiri. Tetapi, bukan berarti bahwa
awal perjumpaan ini menjadi mulus. Saya memerlukan waktu beberapa minggu hingga
akhirnya saya menggunakannya. Ada begitu banyak hal yang saya pikirkan. Saya
memikirkan apa pendapat orang, apa saya harus menggunakannya, apa boleh
digunakan di paroki ini, dan banyak pertanyaan yang muncul di benak saya. Tapi saya
menepisnya dan berpikir bahwa ini untuk saya sendiri, untuk kecintaanku, dan
dengan ini saya tidak menyakiti orang lain. Saya mulai memberanikan diri
menggunakannya di misa pagi (di Paroki kami, misa pagi diadakan setiap hari
Selasa, Rabu, dan Jumat yang bukan Jumat pertama dalam bulan). Misa pagi ini
diikuti oleh beberapa orang. Rasanya damai menggunakannya bahwa pada saat misa,
saya bertemu dengan Kristus dengan lebih sopan dan fokus.
Misa
pagi demi misa berlalu dengan baik. :D hingga pada Misa Minggu pagi yang
diikuti oleh banyak orang, saya ragu tetapi saya tetap menggunakannya. Rasanya tidak
nyaman ketika saya melihat bahwa beberapa umat berbisik-bisik melihat saya
menggunakan mantilla. Hari demi hari berlalu, rasa tidak nyaman itu perlahan
mulai saya hilangkan. Ah,, bukankah ini saya lakukan karena kecintaan saya pada
Kristus? Kerinduan saya akan misa yang dihadiri oleh umat dengan
pakaian-pakaian yang lebih sopan, kecintaan akan tradisi gereja katolik yang
begitu kaya? Bukankah saya harusnya lebih bersyukur dengan begitu bahwa mereka
yang berbisik-bisik itu akan mencari tahu tentang mantilla dan akan
mencintainya juga? Ya,, itulah harapan saya.
Beberapa
postingan di facebook semakin menguatkan saya misalnya :
Membaca
artikel-artikel itu membuat saya semakin yakin untuk menggunakan mantila selama
misa. Beberapa minggu lalu, saya ditanya oleh mama saya. Katanya seseorang
menanyakan kepadanya mengapa saya menggunakan mantilla. Apakah itu aliran baru?
Saya menjawab mama saya bahwa itu adalah tradisi gereja katolik yang sudah lama
dan beberapa gereja katolik di kota-kota besar sudah menggunakannya.
Tidak
lama sesudah itu, pada misa Jumat I bulan ini, sehabis misa, tante saya pun
mengajak bercerita-cerita di gereja dan menanyakan hal yang sama. Seseorang
atau mungkin beberapa orang juga sempat bertanya padanya mengapa saya
menggunakan mantila. Saya menjawab sesuai yang saya ketahui dan kecintaan saya
pada mantilla dan beberapa alasan saya kemukakan mengapa saya menggunakan
mantila.
Dua
peristiwa itu membuat saya bertanya-tanya mengapa mereka tak menanyakan
langsung pada saya. Tetapi saya tetap berpikir positif dan membuat saya semakin
mencintai mantilla itu. Malam sesudah itu saya membuka-buka alkitab saya. Saya membaca
dan menemukan 1 Kor 11: 12-16, tepatnya pada ayatnya yang ke-13. Pertimbangkan
sendiri, bahkan dalam alkitab dituliskan untuk mempertimbangkan sendiri. Ya,,
keputusan ini merupakan keputusan sendiri untuk menggunakannya atau tidak. Sama
halnya ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita hanya jatuh cinta tanpa
mempertimbangkan lagi hal lain. Yang penting ini baik buat kita, membuat kita
bahagia, dan ini bukan hal buruk bukan? :D
Awalnya
saya jatuh cinta dan jatuh cinta itu tak memerlukan alasan. Sayangnya orang-orang
di sekitar kita memerlukan alasan yang logis. Dan menemukan ayat di atas saya
bergembira bahwa saya menemukan alasan untuk dikemukakan kepada mereka.
Saya
teringat pada banyak percakapan saya mengenai pakaian yang sopan ke gereja dengan
beberapa teman OMK di paroki lain (saya dulunya ada di Paroki Kare, Makassar). Begitu
banyaknya keluhan dari teman OMK pria bahwa mereka ke gereja tidak lagi murni
untuk datang memuji Tuhan, terlebih karena tidak konsen lagi dengan umat yang menggunakan
pakaian-pakaian terbuka, baik itu terbuka atas atau bawah. Mereka pun pria yang
memiliki mata. Bukankah suatu yang tidak pantas memandangi hal seperti itu? Dan
lebih tidak pantas lagi kalau kita yang membuat orang lain berlaku demikian di
tempat suci. Mungkin buat kita nyaman menggunakan itu dan pantas menurut kita,,
tetapi bukankah sebaiknya kita menjaga konsentrasi dan niat umat lain untuk
datang memuji Tuhan?
Tak
perlu menanyakan apakah saya pernah menggunakan pakaian terbuka ikut misa. Saya
pun pernah menggunakannya dan seiring bertambahnya pengalaman saya, saya
menyadari bahwa itu tidaklah layak apalagi dengan percakapan saya dengan
teman-teman saya.
Saya
tidak mempersoalkan apakah pakaian yang kita masing-masing layak atau tidak,
tetapi ini hanya pertimbangan dari saya. Bukankah alkitab juga menyerahkan
kepada kita untuk mempertimbangkannya sendiri?
Mengenakan
mantilla bukan berarti bahwa kita lebih baik dari orang lain. Tetapi karena
kita tidak suci, tidak lebih baik dari orang lain maka kita memerlukannya untuk
membantu kita menjadi lebih baik. Setidaknya, dengan menggunakan mantilla ini, memotivasi
kita untuk menundukkan kepala saat berdoa, menurunkan pandangan mata kita di
hadapan Tuhan dalam Sakramen Mahakudus dan dengan itu kita lebih dapat
menyembah Tuhan dalam tabernakel hati dan jiwa kita masing-masing.
Selain
sikap pada saat misa, dengan menggunakan mantilla, kita mengevaluasi cara
berpakaian kita, sikap kita, cara berpikir kita, prioritas kita dan banyak hal
baik lainnya. Tetapi itu tidak membuat kita mencap diri kita lebih baik, dengan
menggunakan mantilla membuat kita berusaha mendisiplinkan kedagingan kita. Biarlah
Dia bertambah besar dan semakin dimuliakan dan kita semakin kecil. :D
Marilah
kita saling mendoakan agar dari hari ke hari, hati kita menjadi tempat yang layak
untuk didiami oleh Tuhan dan dibaharui dari harike hari. :D
Tuhan
memberkati.....