#under_header{ margin:10px 0; padding:1%; width:98%; }

Kamis, 07 Maret 2013

Sintesis Aspirin


TEORI UMUM

 Asam salisilat, asam asetilsalisilat (aspirin), asetanilida, dan salisin, suatu kandungan kulit kayu Salix alba. Di samping menghilangkan nyeri, zat ininmempunyai aktivitas antipiretik. Semuanya mempunyai aktivitas antiradang yang bermanfaat, kecuali anilida sederhana. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, obat-obat tersebut terbukti dapat mempengaruhi metabolisme atau kerja sejumlah mediator biokimia dan sel pada proses peradangan. Selama kurun waktu yang sama, efek system saraf pusat primer untuk obat-obat ini dalam meringankan nyeri, menjadi lebihbertentangan. Jadi,pengacuan pada obat tersebut sebagai analgetika yang bekerja perifer dan kemudian sebagai obat antiradang nonsteroid menjadi makin popular. (1, 484)

Kebanyakan obat antiradang nonsteroid merupakan asam karboksilat. Aspirin (asam asetil salisilat) baru digunakan sejak awal abad 20 untuk meredakan rasa nyeri dan demam. Tetapi senyawa induknya, asam salisilat,telah dikenal dan digunakan sejak zaman dulu karena sangat umum terdapat sebagai glikosida dalam kulit pohon. Pengasetilan hanya menurunkan efek mengiritasinya. (2,412)
Struktur dari aspirin : C9H8O4 dengan BM 180,16
Bentuk yang ada : asam bebas (aspirin), aspirin aluminium –Al(OH)(C9H7O4)2 , Kalium aspirin –Ca(C9H7O4)2 , magnesium aspirin –Mg(C9H8O4)2 (3,202)
Sifat-sifat fisika :titik lebur 1350C (pemanasan cepat) ; kelarutan : satu gram larut dalam 300 mL air pada suhu 250C, dalam 100mL air pada suhu 370C, dandalam 5 mL alkohol. Aspirin jika dijenuhkan dengan asetanilid, asetaminofen, antipirin, aminopirin, metenamin, fenol atau fenil salisilat akan membentuk massa uap sampai pasta. pKa = 3,6 pada suhu250C. (3,202)
Aspirin merupakan senyawa ester fenil yang tersubsitusi. Sebagaimana bentuk ester aromatik umumnya, aspirin memiliki gugus rawan yang amat peka, dengan demikian relative tidak stabil terhadap pengaruh hidrolisis dan proses pemindahan asil yang lain. Profil laju pHnya terkesan sebagai reaksi hidrolisis terkatalisis asam spesifik dan basa spesifik. (3,202)
Aspirin sendiri cukup asam untuk menghasilkan buih dengan karbonat dan dengan adanya iodide menyebabkan iodine secara perlahan. Adanya alkali hidroksida dan karbonat, akan terurai, meskipun membentuk garam dengan logam alkali dan logam alkali tanah. Adanya asam salisilat yang terbentuk karena hidrolisis, dapat dikonfirmasikan terjadinya warna violet pada penambahan larutan besi klorid (4,660)
Aspirin dengan cairan pencenaan lambung yag bersifat asam lemah tidak banyak terhidrolisis, tetapi dalam perjalanan ke dalam usus, akan terjadi hidrolisis. Akan tetapi, hamper semua diabsorpsi tak berubah. Iritasi pada mukosa lambung karena aspirin berasal dari pembentukan asam salisilat,sifat keasaman aspirin atau adhesi aspirin yang tidak larut pada mukosa. (4,660)
Obat asam salisilat bersifat analgetik, anti imflamasi, urikosurik, dan antipiretik. Mereka bermanfaat dalam mengurangi rasa sakit pada mialgia, neuralgia, arthralgia, sakit kepala dan dismenore. Reaksi merugikan biasanya ringan, yang terdiri dari pusing dan dyspepsia, tetapi dosis besar dapat menyebabkan tinnitus, tuli, penglihatan menjadi kabur, mual dan muntah, diare, pendarahan traktus gastrointestinal, gangguan hati, gangguan ginjal, diaphoresis, sakit kepala dan derilium. (5,8)

PROSEDUR KERJA
Prosedur 1
1.    Masukkan 5 g asamsalisil dalam labu alas bulat 250 cc.ditambahkan 35 gbenzen dan 4 g asetat anhidrat
2.    Didihkan larutan perlahan-lahan selama 1,5 jam tuang larutan ke dalam gelas piala
3.    Dinginkan larutan dalam gelas piala sambil diaduk-aduk (supaya Kristal yang dihasilkan lebih bagus)
4.    Pisahkan Kristal dengan menggunakan saringan (corong Buchner), cuci Kristal dengan sedikit larutan benzen lalucuci lagi dengan alkohol encer sedikit
5.    Kristalkan kembali dengan campuran alkohol.H2O
6.    Tentukan titik lebur

Prosedur 2
Pindahkan 3 g asam salisil ke dalam labu alas bulat. Tambahkan 5 mL asetat anhidrat dan 5 tetes H2SO4 pekat didihkan 5 menit di penangas air sambil diaduk-aduk. Diginkan dengan es sambil diaduk-aduk.kristal aspirin akan terbentuk dalam 1-2 menit.saring Kristal dengan corong Buchner, cuci dengan air, kumpulkan Kristal dan kristalisasi kembali dengan cara :
1.    Pindahkan aspirin ke dalam gelas piala 100 mL. tambahkan 25 mL air dan panaskan sampai mendidih. Tambahkan etanol tetes demi tetes sampai aspirin pensis larutan kebali saring panas-panas dengan kertas saring. Dinginkan filtrate dalam es. Umpulkan Kristal dan tentukan titik lebur
2.    Pindahkan Kristal aspirin ke dalam gelas piala 100 mL tmbahkan 25 mL campuran asam asetat glacial – H2O 1:1. Panaskan sampai mendidih. Saring lalu dinginkan filtrate dalam es. Kumpulkan Kristal dan tentukan titik lebur.

Prosedur 3
Dilarutkan 10 mg asam salisilat dalam 7 mL piridin dalam Erlen 100 mL. Kemudian segera (saat larutan mulai menjadi semi padat) tuang 7,5 mL asetil klorida secara bertahap tiap 1 mL sambil dikocok. Panas akibat dari reaksi menyebabkan temperature larutan menjadi naik sekitar 50-600C. Dinginkan erlen tersebut setelah itu panaskan lagi selama 5 menit. Setelah itu tambahkan 300 mL air dingin. Endapan asam asetil salisilat dipisahkan dengan menggunakan kertas saring dan corong. Endapan yang diperoleh dicuci dengan air dan keringkan. Rekristalisasi campuran tersebut sehingga diperoleh berat 11 g. asamasetil salisilat berupa Kristal tak berwarna dengan titik lebur 136 – 1370C
(6,109)

Prosedur 4
Eksperimen ini untuk membandingkan katalisis asetilasi dengan menggunakan 4 katalisator yaitu Na.asetat, piridin, Boron trifluorida dan asam mineral yaitu asam sulfat.
Masukkan 1 g as. salisilat pada setiap tabung. Tambahkan 2 mL asetat anhidrat pada tiap tabung tabung I tambahkan 0,2 g anhidrat natrium asetat sengan cepat aduk dengan thermometer dan catat waktunya tiap kenaikan suhu 40C lalu lihat keadaan zat terlarut yang telah melarut. Pindahkan thermometer dan lanjutkan pengadukan untuk asetilasi selanjutnya. Bersihkan thermometer, masukkan di tabung kedua, tambahkan 5 tetes piridi, lakukan seperti tabung pertama lalu bandingkan keduanya. Untuk tabuk ketiga dan ke empat, tambahkan 5 tetes boron trifluorida dan 5 tetes as. sulfat.
Letakkan semua tabung pada beaker yang berisi air panas selama 5 menit untuk melarutkan cmpuran. Letakkan semua larutan dalam erlen 125 mL yang berisi 50 mL air dan rendam atau celupkan tabung dalam air. Aduk untuk menghidrolisis asetat anhidrida dan dinginkan dengan es.
(7, 259-260)

CARA KERJA
Sintesa aspirin dilakukan dengan melarutkan 2 g as. salisilat dalam 5 mL asetat anhidrat dengan penambahan 5 tetes H2SO4 sebagai katalisator. Untuk mempercepat kelarutan as. salisil dilakukan pemanasan dengan meletakkan erlen yang berisi campuran tersebut di atas penangas air sampai as. salisilnya larut. Setelah itu, dinginkan erlen lalu celupkan dalam baskom berisi es batu hingga terbentuk kristal aspirin. Jika belum terbentuk Kristal aspirin, tambahan beberapa tetes petroleum eter untuk memancing terbetuknya kristal. Setelah itu cuci dengan air hingga bau asetatnya hilang. Kemudian cuci kristalnya dengan NaHCO3 jenuh hingga tidak terdapat gelembung. Pencucian NaHCO ini adalah untuk melarutkan asam salisilat yang masih ada dan menghasilkan garam natrium yang larut dengan hasil sampingan berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat. Setelah itu cuci dengan HCl 3,5 mL yang telah lebih dulu diencerkan dengan aquadest hingga volumenya 10 mL. Pencucian dengan HCl ini untuk meghilangkan Na yang mengikat aspirin sehingga diperoleh aspirin murni. Kristal yang diperoleh dapat diuji dengan FeCl3 untuk membuktikan ada tidaknya as. asetat pada aspirin.  Setelah itu, keringkan kristal dalam oven
Percobaan dilakukan secara duplo.
Untuk mendapatkan kristal aspirin yang murni dapat dilakukan rekristalisasi dengan memanaskan benzen pada suhu 60 – 700C lalu larutkan aspirin di dalamnya. Setelah dilarutkan, disaring dan didiamkan sampai kristal aspirin terbentuk timbang dan hitung nilai rendamen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar