POLA HIDUP SEHAT DAN BERKECUKUPAN
SUB TEMA 2 : MENJAGA KESEIMBANGAN HIDUP JASMANI DAN
ROHANI
Manusia seutuhnya
Teks
Alkitab : Mat 4: 1 – 11
Mat 4:1
|
Maka
Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.
|
Mat 4:2
|
Dan
setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah
Yesus.
|
Mat 4:3
|
Lalu
datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak
Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
|
Mat 4:4
|
Tetapi
Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja,
tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
|
Mat 4:5
|
Kemudian
Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah,
|
Mat 4:6
|
lalu
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke
bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya,
supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
|
Mat 4:7
|
Yesus
berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!"
|
Mat 4:8
|
Dan
Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
|
Mat 4:9
|
dan
berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau
sujud menyembah aku."
|
Mat 4:10
|
Maka
berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!"
|
Mat 4:11
|
Lalu
Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani
Yesus.
|
Penjelasan Teks Alkitab :
1. Yesus
sendiri telah menderita karena pencobaan , turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita tetapi tidak berbuat dosa maka Ia dapat menolong kita yang dicobai dan
hendaknya Ia menjadi teladan kita dalam menghadapi pencobaan (ayat 1)
2. Pada
pencobaan yang pertama (ayat 3-4) , Iblis mencobai Yesus dengan menunjukkan
kemampuan-Nya untuk mengubah batu-batu menjadi roti untuk mengatasi kelaparan.
Yesus mengutip Ul 8:3 dimana disana tertulis “ Jadi Ia merendahkan hatimu,
membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan
yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti,
bahwa manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan”. Dengan berpegang
pada firman Allah itu, Yesus berhasil mengatasi keinginan daging.
3. Pada
pencobaan kedua (ayat 5-7), Iblis mencobai Yesus untuk menggenapi Mzm 91:11-12
untuk orang-orang yang menjadikan Allah tempat perlindungan. Yesus menjawab
dengan kutipan dari Ul 6:16 “Janganlah mencobai Tuhan, Allahmu, seperti kamu
mencobai Dia di Masa” (bdk Kel 17:1-7). Dengan berpedoman pada ayat ini, Yesus
mengatasi godaan keangkuhan hidup.
4. Untuk pencobaan ketiga (ayat 8-10), Iblis
mencobai Yesus dengan menawarkan kekuasaan politik asal Ia mau menyembahnya. Yesus
kembali mengutip Ul 6:13-15 bahwa manusia harus takut akan Allah dan kepada Dia
sajalah kita harus menyembah. Dengan berpedoman pada ayat ini, Yesus berhasil
mengatasi godaan mata.
5. Keberhasilan
Yesus mengatasi pencobaan Iblis ini merupakan teladan bagi kita para
pengikut-Nya dalam mengatasi godaan-godaan yang kita hadapi. Dalam 1 Yoh
2:15-16 ditegaskan pada kita “ Janganlah kamu mengasihi dunia yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam
orang itu. Sebab semua yang ada di dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan
mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia”.
Mengapa? Kitab suci sendiri menyediakan jawabannya di ayat selanjutnya.
6. Setelah
mengalahkan Iblis, malaikat datang melayani Yesus. Tetapi perlu kita ingat
bahwa penginjil Lukas mengatakan bahwa sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan
itu, ia mundur daripada-Nya dan menunggu waktu yang tepat (Luk 4:13). Kita hendaknya
tetap berjaga-jaga dan berdoa karena Iblis berjalan berkeliling sama seperti
singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang ditelannya (1 Ptr 5:8)
Pertanyaan Penuntun :
1. Mengapa
kita harus menjaga keseimbangan antara tubuh jasmani dan rohani?
2. Bagaimana
caranya kita memberi makan tubuh jasmani dan rohani?
3. Apa
pentingnya kita menjalankan puasa dan pantang?
4. Apa
yang bisa merusak kehidupan jasmani?
5. Apa
yang bisa merusak kehidupan rohani?
6. Godaan
apa saja yang bisa menjerumuskan manusia?
7. Bagaimana
kita mengatasi godaan dunia yang menjanjikan?
Catatan:
Dalam masa Prapaskah ini, selama 40 hari kita menjalankan
masa puasa dan pantang. 40 hari ini dimulai ketika kita menerima abu pada hari
Rabu Abu dan berakhir pada Sabtu Suci. 40 hari karena Yesus juga berpuasa
selama 40 hari dan juga simbol pergumulan bangsa Israel melalui padang gurun menuju
tanah terjanji selama 40 tahun.
Pantang dan puasa yang kita lakukan selama masa Prapaskah
bukanlah tujuan melainkan sebagai suatu sarana yang membantu mencapai kehidupan
yang lebih baik. Pantang dan puasa lebih menyangkut makan dan minum namun kita
harus harus sadari bahwa manusia itu terdiri dari tubuh jasmani dan rohani. Makan
dan minum lebih pada tubuh jasmani, raga, bagian kita yang paling kasar. Tanpa kita
sadari bahwa ada tubuh rohani kita yang juga perlu diberi makan. Tubuh rohani merupakan
manusia yang paling asli dan luhur dan diberi makan dengan cara berdoa, rajin
ke gereja ikut perayaan Ekaristi, mencintai dan berkorban. Kita diharapkan,
sepanjang hidup kita, bukan hanya memberi makan tubuh jasmani tetapi juga
memberi makan tubuh rohani agar seimbang. Ketika kita salah memberi makan tubuh
jasmani, dampaknya akan segera terasa dan kelihatan. Misalnya sakit perut dan
diare. Namun ketika kita memberi makan rohani kita dengan hal-hal yang buruk
(racun) misalnya amarah, benci, dendam,
korupsi, maka ia dengan perlahan-lahan menggerogoti jiwa kita tanpa kita
sadari.
Pantang dan puasa yang kita lakukan kita lakukan, bukan
sekedar apakah kita tidak makan atau minum tapi lebih pada bagaimana selama
masa ini, kita berusaha mengendalikan keinginan daging dan mendahulukan
kepentingan rohani. Sekali lagi, bahwa puasa dan pantang secara jasmani hanya
merupakan masalah yang kesekian dan bukan yang utama.
Pada masa Prapaskah ini, kita mengenal pula APP (Aksi Puasa
Pembangun) sebagai buah yang diharapkan dari puasa dan pantang. APP ini bukan
menyangkut jumlah, tetapi kualitas “non multa sed multum”. Bukan merupakan
penyisihan kelebihan dari penghasilan kita tapi hasil jerih payah memasuki masa
puasa yang diperuntukkan untuk sesama, buka berhemat untuk diri sendiri.
Pada masa perjalanan di padang gurun, selama 40 tahun bangsa
Israel bergumul bagaimana mereka melawan “ego dan sikap mempersalahkan orang
lain dan Tuhan” dan masuk dalam Tanah Terjanji dengan Tabut Perjanjian. Yang dihasilkan
disini adalah iman. Dan pada masa kita, kita diharapkan setelah masa Prapaskah,
iman kita bertambah dan menghasilkan “penghematan” untuk sesama.
Tak dapat dipungkiri bahwa pada jaman sekarang, ada begitu
banyak godaan-godaan yang menjerumuskan kita sehingga kita hanya mengejar
kebutuhan jasmani saja. Godaan-godaan itu yaitu kekuasaan/pangkat, uang/materi,
nama baik, kenikmatan dunia, kemalasan, kerakusan, kemarahan, nafsu dll.
Tapi apa gunanya kita memberi makan jasmani kita tapi tak
memberi makan rohani kita? Bukankah kita setelah melalui peziarahan di bumi
ini, jasmani kita akan kembali menjadi debu tanah dan rohani kita mempertanggungjawabkan
apa yang telah kita lakukan? Kita sibuk mencari kebutuhan dunia kita dengan
mengandalkan kekuatan dan pengertian kita sendiri. Siang malam kita bergumul
dengan masalah-masalah dunia yang tak ada habisnya.
Dalam Mat 6: 31-34 dikatakan dengan jelas bagaimana kita tak
perlu kuatir akan hari esok. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Bukan berarti bahwa kita bermalas-malas dan semuanya akan
datang pada kita. Tetapi kita diharapkan menjaga keseimbangan antara memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani dengan sebaik-baiknya.
Godaan-godaan yang diberikan dunia harus kita atasi dengan
diskresi (pembedaan roh) dan dengan tegas (tidak mengadakan tawar menawar).
Kesimpulan:
Manusia bukan hidup dari roti saja tetapi dari setiap sabda Tuhan.
Dalam pendalaman iman tanggal 9 Maret 2015, seorang ibu mensharingkan cerita hidupnya. Katanya ia saat ini telah berumur 57 tahun. Tapi ketika membaca materi PI mengenai keseimbangan jasmani dan rohani, ia mulai menghitung-hitung apa saja yang ia telah lakukan selama ini. ketika ia menghitung, ia mengakui bahwa 1/3 dari hidupnya ia habiskan untuk tidur atau sekitar 8 jam sehari sehingga ia telah tidur selama 19 tahun.
Ia mulai menghitung lagi, dalam seminggu, ia ke gereja setiap hari minggu +/- selama 1,5 jam, berdoa setiap hari ya,,,, paling tidak 5 menit atau bahkan mungkin kurang, ikut doa lingkungan sekali seminggu setidaknya selama 1 jam itupun kalau ikut. Dan ia mulai menghitung bahwa dalam seminggu ia hanya menghabiskan waktu sekitar 3 jam dalam seminggu untuk melakukan aktifitas rohaninya. Artinya ia dalam seluruh hidupnya hanya 1 tahun melakukan kegiatan rohaninya, itupun kalau rutin ia lakukan. Lain lagi ketika ada begitu banyak halangan sehingga ia tidak melakukannya dalam seminggu entah itu karena sibuk bekerja, lupa, ada kegiatan yang yang dianggap "lebih penting" tentunya 1 tahun itu semakin tidak terpenuhi.
Apa yang ia lakukan dari 57 - 19 - 1 (37) tahun dalam hidupnya?
Dari sharingnya, ia mengatakan bahwa sebagian besar hidupnya ia gunakan untuk bekerja, mencari uang, menonton tv, bersosialisasi dengan orang lain, melakukan aktivitas yang lain. Lain cerita lagi ketika ia memberi halangan bagi dirinya untuk di akhirat kelak dengan menggosipkan orang lain, melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan bersungut-sungut dan menyalahkan orang lain, lain lagi ketika ia mengharap pamrih di dunia untuk perbuatan baik yang ia lakukan untuk orang lain.
Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah kita juga memiliki kehidupan yang tidak seimbang antara jasmani dan rohani? Paling tidak, kita masih diberi kesempatan untuk menyadari kekeliruan yang selama ini kita anggap biasa saja. Mungkin saja kita akan menyesali bahwa hidup kita, kita habiskan dengan hal-hal yang tidak berguna. Kita habiskan dengan hal-hal yang akan kita sesali nantinya.
Semoga kita diberi rahmat untuk membagi waktu kita lebih seimbang antara melakukan kegiatan jasmani dan untuk kebutuhan rohani kita kelak.
Semoga kita diberi rahmat untuk membagi waktu kita lebih seimbang antara melakukan kegiatan jasmani dan untuk kebutuhan rohani kita kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar