Ko-kristal
merupakan material kristal kompleks yang tersusun dari dua atau lebih molekul
ikatan kristal yang sama. Gabungan 2 atau lebih molekul dalam 1 ikatan kristal
dianggap gabungan komponen secara umum. Obat menghasilkan bentuk sediaan obat
(mis: tablet, kapsul atau larutan yang mengandung bahan aktif farmasetik yang
digabungkan dengan bahan tidak aktif (bahan tambahan)). Gabungan bahan aktif
dengan bahan tambahannya iniakan menghasilkan produk yang lebih stabil,
bioavailabilitas yang baik, penerimaan pasien yang baik dan kualitas yang lebih
baik.
Salah satu bahan
aktif yang dibuat ko Kristal adalah itraconazole dengan pembentuk kokristal
yang biasa digunakan berupa asam fumarat, asam suksinat, asam maleat dan asam
tartrat.
Ko-kristalisasi
mewakili interaksi dan komposisi dari bahan farmasetik dan memberikan
alternatif yang lebih baik untuk mengoptimalkan sifat obat. Ko-kristal terdiri
dari bahan aktif farmasetik (API) dan sejumlah farmasetik stokiometriyang
diterima sebagai pembentuk ko-kristal. (1;1)
Laju
disolusi, kelarutan, kestabilan kimia dan penarikan kelembaban yang rendah
mempengaruhi efisiensi khasiat dari banyak bahan aktif. Kristal multi komponen
misalnya solvate, hidrat, ko-kristal, garam memiliki peranan yang penting dalam
merancang suatu bentuk sediaan obat yang baik. (1;1)
Bentuk
kristal farmasetik yang komponennya memiliki perbedaan molekul berguna untuk
mengontrol sifat bahan padat tanpa mengubah ikatan kovalen. Kristal yang
mengandung banyak komponen, kristal kompleks atau kokristal terjadi ikatan
hydrogen antara molekul netral dari bahan aktif dan komponen lainnya. Sebagai
hasilnya, kokristal meningkatkan keragaman dari bentuk padat dari bahan aktif
farmasetik, meningkatkan sifat farmasetik dengan memodifikasi dari kestabilan
kimia, penarikan kelembaban, perilaku mekanik, kelarutan, laju disolusi dan
bioavailabilitas. Pembentukan ko-kristal selama penggilingan dan penyimpanan
diperantarai oleh fase amorf. (2:615)
Itraconazole,
bahan antifungi, merupakan bahan aktif dengan kelarutan dalam air yang rendah
sehingga untuk membuat sediaan digunakan bentuk amorf untuk meningkatkan
bioavailabilitas oral. Remenar dan kawan-kawan mensintesis empat kokristal dengan
perbandingan 2:1 (obat : ligand) dimana ligand berupa asam fumarat, asam
suksinat, asam maleat dan asam tartrat. Kelarutan serbuk dari empat kokristal
dalam HCl 0,1 N pada suhu 250C dibandingkan dengan kristal dan fase
amorf dari itraconazole. Kokristal memiliki 4 sampai 20 ikatan memiliki profil
kelarutan lebih tinggi dibandingkan kristal murni itraconazole, dan kokristal
L-asam tartrat dan L-asam maleat memiliki profil laju disolusi yang sama dengan
amorf itraconazole. (2; 621)
Selektivitas
ikatan hidrogen yang mungkin terjadi
Salah
satu usaha untuk mengatasi masalah
kelarutan dari itraconazole adalah dengan membuat ko-kristal itraconazole.
Dalam keadaan amorf, obat memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan
bentuk kristal tetapi kurang stabil dan cepat terurai karena kelembaban dan
suhu. Oleh karena itu, ko-kristal itraconazole disiapkan menggunakan 1,-asam
dikarboksilat. Ko-kristal trimerik disiapkan dengan atom itraconazole di 2
ujung dari asam dikarboksilat (asam suksinat). Ko-kristal dengan asam maleat
sesuai untuk memperbaiki kelarutan itraconazole bentuk amorf sehingga Remenar
et.al merekomendasikan kemungkinan bentuk yang bioailabilitasnya seperti bentuk
amorf tetapi memiliki kestabilan dan sifat fisika dari bentuk kristal. (3)
Metode
yang digunakan untuk mempersiapkan dispersi padat itraconazole meliputi larutan
itraconazole, polimer atau asam laktat yang dilarutkan dan larutan yang mudah menguap. Polimer yang
digunakan dapat berupa golongan alkilselulosa, hidroksialkilselulosa,
carboksialkilselulosa, polivinil alcohol, polivinilpirolidon, polivinilsetat,
polialkene oksida, polialken glikol, copolymer polietilen-polipropilen,
copolymer polioksietilen-polioksipropilen, zein, shellac, dietilaminoasetat,
copolymer aminoalkil-metakrilat, natrium alginate, citosan dan turunannya,
gelatin, gum dan poly-L-lisin dengan jumlah 0,4 –
3 bagian berat dari berat itraconazole. Asam laktat digunakan pada range
konsentrasi 0,2 – 5 bagian berat dari itraconazole. Larutan selanjutnya mencakup
solubilizer yang digunakan 0,1 -3 bagian dari berat itraconazole. Larutan
selanjutnya merupakan asam dalam bentuk padat yang dipilih dari golongan yang
terdiri dari asam sitrat, asam tartrat, asam maleat atau asam suksinat. Larutan
disiapkan dengan memilih pelarut air, diklorometan, etanol, metanol, kloroform
atau aseton sebanyak 2 – 15 % w/w dari berat seluruh pelarut. (4)
Metode
persiapan menggunakan polimer yang bisa dilarutkan dan dikeringkan (misalnya, semprot-kering) dengan itraconazole, sehingga dapat
membentuk dispersi padat. Penggunaan polimer
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi itraconazole dan menunda perubahan
itraconazole dari amorf ke bentuk
kristal dengan membentuk dispersi padat dengan itraconazole. Penundaan
mungkin memainkan peran dalam mencegah
kembali penurunan kelarutan ditingkatkan dari
waktu ke waktu.(4)
Sebaiknya,
polimer digunakan dalam kisaran 0,2-10 bagian
berat berdasarkan berat itrakonazol. Lebih disukai, polimer yang digunakan di kisaran 0,4-3 bagian berat. Jika
jumlah yang digunakan polimer kurang dari kisaran di
atas, kristalisasi kembali dapat terjadi
sehingga kelarutan yang meningkat
kembali menurun. Jika
jumlah yang digunakan polimer lebih dari kisaran di
atas, viskositas tinggi dari
solusi pengeringan semprot akan menjadi sulit dan viskositas
dispersi padat dapat menunda kelarutan itraconazole, dan jumlah
dan ukuran satu tablet juga meningkat, yang
melemahkan kepatuhan pasien. (4)
Asam
laktat dari penemuan ini meningkatkan kelarutan itraconazole
sehingga jumlah pelarut organik yang
diperlukan berkurang. Berkurangnya larutan yang digunakan pada metode
pengeringan semprot mempersingkat waktu penyemprotan dan mengurang biaya
pembuatan. Asam laktat dari adalah campuran antara
polimer, yang diyakini membuat lingkungan mikro sekitar itraconazole asam.
Lingkungan mikro-asam
ini diyakini akan meningkatkan kelarutan
itraconazole di lambung dan mengurangi variasi kelarutan
sesuai dengan pH lambung. (4)
Para peneliti menyelidiki banya asam tapi kebanyakan
asam sulit membentuk dispersi padat dan tidak meningkatkan kelarutan
itraconazole serta tergantung pada perubahan pH.
Beberapa dispersi padat dengan menggunakan beberapa asam terlalu tidak stabil tapi,
itraconazole yang mengandung dispersi padat dengan menggunakan asam laktat akan mudah
mengatasi masalah tersebut. Lebih khusus, asam butirat, asam fumarat, asam fosfat
dan asam klorida tidak digunakan karena masalah toksisitas dan baunya. Asam
alginate dan asam chitic sulit ditangani dan sulit mongering terutama dengan
metode semprot karena viskositasnya tinggi ketika jumlah yang digunakan 3% b/b
dari berat total dispersi padat. Terlebih karena pada penggunaan asam-asam
tersebut tidak menunjukkan peningkatan laju disolusi yang diinginkan. Lebih
dipilih penggunaan asam laktat dengan kisaran 0,2-5 bagian berat itraconazole. Jika
jumlah asam laktat yang digunakan kurang dari
0,2 bagian berat, peningkatan
laju disolusi tidak dicapai.
Jika jumlah yang digunakan asam laktat lebih dari
5 bagian berat, sulit
memilih
pelarut yang sesuai untuk pengeringan dan agregat dari dispersi padat dapat
terbentuk.(4)
Ketika melarutkan sekitar 1:1 campuran itraconazole
dan polimer dalam suatu pelarut (mis: diklorometan) tanpa asam laktat maka
dibutuhkan 2,8 kali jumlah pelarut dibandingkan jika pelarut terdiri dari asam
laktat sebanyak 1/3 kali berat itraconazole. Hasil ini menunjukkan penggunaan
pelarut dengan asam laktat membutuhkan lebih sedikit pelarut sehingga
menurunkan biaya dan mempersingkat waktu produksi. Selain itu, itraconazole yang mengandung dispersi
padat dengan menggunakan asam laktat dan polimer akan lebih stabil dalam aspek
re-kristalisasi karena asam laktat bertindak sebagai pengering yang dapat
menyerap air. Kecepatan disolusi tanpa asam laktat akan lebih mudah menurun
pada penyimpana jangka panjang dan uji stabilitas dipercepat.(4)
Penggunaan asam laktat juga menghambat penurunan
kelarutan polimer yang tergantung pada pH seperti kopolimer
aminoalkulmetakrilat atau dietilaminoasetat yang lebih larut dalam pH rendah
saat pH meningkat pada kondisi in vivo yang memainkan peran penting dalam
bioaailabilitasnya. (4)
Para peneliti juga menemukan bahwa jika pelarut
selanjutnya mengandung solubilizer yang dijelaskan di atas maka hasil yang
diinginkan lebih mudah dicapai. Khususnya,
solubilizer ditambahkan dapat meningkatkan tingkat kelarutan dan pelarutan itraconazole dalam situasi lambung sehingga dapat mengurangi
variasi kelarutan yang tergantung
pada pH lambung.
Pengaruh solubilizer tergantung pada jenis polimer.
Dispersi padat dengan menggunakan
polimer yang tergantung pH seperti diethyllaminoacetate atau kopolimer aminoalkylmethacrylate
relatif tidak dipengaruhi
dengan menambahkan solubilizer,
sedangkan variasi kelarutan dari dispersi padat dengan menggunakan polimer yang tidak bergantung pada pH sesuai
dengan variasi pH sebagian besar
dikurangi. Solubilizer
juga dapat mengurangi jumlah pelarut
organik yang dibutuhkan
melarutkan itraconazole seperti asam laktat. (4)
Solubilizer yang dapat digunakan mencakup karbonat propylene,
diethyleneglycol monoethylether, mononitrate dimetil, minyak jarak polyoxyethyleneglycolated alam, polyoxyethyleneglycolated minyak jarak terhidrogenasi, HCORTM ®
(Nikkol), turunan ester asam oleat,
GELUCIRE ® ,
kaprilat monogliserida, kaprilat diglyceride, monogliserida
asam kaprilat, asam kaprilat diglyceride, turunan ester sorbitan asam
lemak, SOLUTOL ® dan campurannya. (4)
Kokristal dari itraconazole yang telah diperbaiki
sifat fisika dan kimianya kemudian dibentuk menjadi berbagai bentuk sediaan
yang kelarutan, laju disolusi dan bioailabilitasnya baik.
Contoh
formula Itraconazole larutan oral: (5)
Tiap
mL mengandung: (dibuat 75 mL)
Itraconazole 10 mg
Propilen
glikol 10%
Sorbitol 20%
Mentol 0,005%
Na
benzoate 0,1%
Air ad
100%
Diatur pH dengan
penambahan HCl/NaOH hingga pH 2
Alasan Pembuatan Sediaan:
Kokristal
itraconazole dibuat dalam bentuk larutan oral karena kelarutan, laju disolusi
dan bioavailabilitasnya telah diperbaiki.
Indikasi
dari itraconazole larutan oral adalah untuk pengobatan kandidiasis orofaringeal dan esophageal. Karena efek
topical dan paparan obat dapat menjadi lebih besar dengan larutan oral
dibandingkan dengan bentuk kapsul dan hanya bentuk sediaan ini yang digunakan
untuk pengobatan kandidiasis
orofaringeal dan esophageal. (6)
Larutan
oral itraconazole harus disimpan pada suhu 250
C atau lebih rendah tetapi tidak boleh dalam freezer. (6)
Propilen
glikol digunakan sebagai kosolven dan penstabil dengan konsentrasi penggunaan
10-25 %
Sorbitol
digunakan sebagai pembawa dalam formulasi bebas gula dan sebagai penstabil
untuk obat. Sorbitol menyenangkan, menyejukkan, rasa manis dan 50-60%
kemanisannya dari sukrosa. Sorbitol digunakan secara luas dalam produk
farmasetik dan terdapat alami dalam banyak buah. Sorbitol lebih baik
toleransinya oleh pasien DM daripada sukrosa, inert dan cocok dengan banyak
bahan tambahan. (7;679)
Mentol digunakan
sebagai pemberi rasa
Natrium
benzoate digunakan sebagai antimikroba yang sangat baik pada larutan asam (pH
2-5)
Air digunakan sebagai
pembawa dalam penyiapan produk obat dan sediaan.
Dibuat pH sediaan 2
karena sediaan stabil pada pH tersebut. dan dilindungi dari cahaya.
Daftar pustaka silakan hubungi akun facebook atau
email saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar