Kosmetik dekoratif pada perinsipnya terkait dengan mempercantik dan menghias, dibandingkan fungsionalnya. Untuk membahas produk dekoratif sangatlah menyeluruh mulai dari pentingnya pewarna sampai komponen utama yang ada dalam setiap kosmetik dekoratif. Konvensional pigmen menciptakan warna dengan absorpsi gelombang khusus dari cahaya. Formulasi kosmetik dekoratif sangatlah menantang bagi ahli kosmetik. Sebelum memformulasikan warna-warna produk kosmetik, satu hal yang mesti diperiksa yaitu pengaturan arus dalam Negara dimana produk diusulkan yang akan di jual disesuaikan dalam peraturan.
Sesungguhnya segala jenis kosmetik, mulai dari kosmetik pembersih, pelembab, pelindung, dekoratif (make-up) sampai pengobatan, mempunyai tujuan yang sama yaitu memelihara kecentikan kulit (termasuk rambut, kuku, bibir, dan gigi) melalui pembersih kelembaban dan sebagainya.
Kekhasan kosmetik dekoratif (make up) bahwa kosmetik ini bertujuan semata-mata mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau kelainan pada kulit tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai kalau tidak merusak kulit atau sesedikit merusak kulit.
Dalam kosmetik dekoratif, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar. Sejak zaman dahulu, wanita cenderung mewarnai pipinya, rambutnya, kukunya, alisnya, bulunya, dan matanya mereka juga cenderung ingin menutupi hal-hal yang mengurangi kecantikannya, misalnya garis-garis penuaan ditutupi, rambut putih disemir, warna bibir dipersegar, kuku dicat, alis dan bulu mata dibuat lebih hitam dan lain-lain. Karena itu, mereka membutuhkna kosmetik dekoratif dalam bentuk lipstik, rouge, mascara, dan sebagainya.
Pemakaian kosmetik dekoratif lebih alasan psikologis daripada kesehatan kulit dengan memakai kosmetik dekoratif , seseorang ingin menyebunyikan kekurangan pada kulitnya atau ingin memberikan penampilan yang lebih cantik, lebih menarik pada dunia luar.
Sedikit persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah : warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, yang sudah tentu merusak dan mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, adneksa lainnya.
Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu :
1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaian sebentar, misalnya : bedak, lipstick, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain.
2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama baru luntur. Misalnya : kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut.
Peranan Zat Warna dalam Kosmetik Dekoratif
Dalam kosmetik dekoratif, zat pewarna memegang peran sangat besar. Zat warna untuk kosmetik dekoratif berasal dari berbagai kelompok:
1. Zat warna alam yang larut
Zat ini sekarang sudah jarang digunakan dalam kosmetik. Sebetulnya dampak zat warna alam ini lebih baik daripada zat warna sintetis, tetapi kekuatan warnanya relative lemah, tak tahan cahaya, dan relative mahal. Misalnya alkalaine-zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana (Radix alcanae); Carmine-zat warna merah yang diperoleh dari tubuh serangga coccus carti yang dikeringkan; klorofil daun-daun hijau; henna-yang diekstrak dari daun Lawsonia inermis; Carotene-zat warna kuning.
2. Zat warna sintetis yang larut
Zat warna sintetis pertama kali disintetis dari aniline, sekarang benzene, toluene, anthracene, dan hasil isolasi dan coal-tar lain yang berfungsi sebagai produk awal bagi kebanyakan zat warna dalam kelompok ini sehingga disebut sebagai zat warna aniline atau coal-tar. Lebih dari seribu zat warna dari coal-tar yang berhasil diciptakan, tetapi hanya sebagian yang dipakai dalam kosmetik.
Sifat-sifat zat warna sintesis yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Tone dan intensitas harus kuat sehingga jumlah sedikitpun sudah memberikan warna.
b. Harus bisa larut dalam air, alcohol, minyak, atau salah satunya. Yang larut air untuk emulsi O/W dan yang larut minyak untuk emulsi W/O. yang larut air hampir selalu juga larut dalam alcohol encer, gliserol, dan glikol. Yang larut minyak juga larut dalam benzene, karbontetra klorida, dan pelarut organic lainnya, kadang-kadang juga dalam alcohol tinggi. Tak pernah ada zat warna yang sekaligus larut dalam air dan minyak.
c. Sifat yang berhubungan dengan pH. Beberapa zat warna hanya larut dalam beberapa pH asam, lainnya hanya dalam pH alkali. Beberapa jenis hanya memberi warna yang diinginkan dalam pH tertentu atau tidak stabil dalam pH tertentu.
d. Kelekatan terhadap kulit atau rambut. Daya lekat berbagai zat warna pada kulit dan rambut berbeda-beda. Terkadang kita memerlukan yang berdaya lekat besar, seperti untuk cat rambut, namun terkadang kita menghindarinya, misalnya untuk sabun.
e. Toksisitas. Yang toksis harus dihindari. Tetapi ada : derajat keamanannya. Diamerika, yang toksis ini dibedakan menjadi 3 kelompok :
· Yang boleh digunakan dalam kosmetik dan makanan.
· Yang hanya boleh digunakan dalam kosmetik.
· Yang hanya boleh digunakan dalam kosmetik untuk pemakaian luar saja. Zat warna asal coal-tar tidak boleh digunakan dalam kosmetik untuk daerah sekitar mata.
3. Pigmen-pigmen alam
Pigmen alam adalah pigmen warna pada tanah yang memang terdapat secara alamiah, misalnya aluminium silikat, yang warnanya tergantung pada kandungan besi oksida atau mangan oksidanya (misalnya kuning oker, cokelat, merah bata, cokelat tua). Zat warna ini murni, sama sekali tidak berbahaya, penting untuk mewarnai bedak krim dan make-up stick. Warnanya tidak seragam, tergantung asalnya dan pada pemanasan kuat menghasilkan pigmen warna baru.
4. Pigmen-pigmen sintetis
Dewasa ini, besi oksida sintetis dan oker sintetis sering menggantian zat warna alam. Warnanya lebih intens dan lebih terang. Pilihan warnanya antara lain kuning, cokelat sampai merah, dan macam-macam violet.
Pigmen sintetis putih seperti zink oksida dan titanium oksida termasuk dalam kelompok zat pewarna kosmetik yang terpenting. Zink oksida tidak hanya memainkan suatu peran besar dalam pewarnaan kosmetik dekoratif, tetapi juga dalam preparat kosmetik dan farmasi lainnya.
Bismuth karbonat kadang-kadang digunakan sebagai pigmen putih, sementara bismuth oksiklorid umum digunakan untuk warna putih mutiara.
Sejumlah senyawa kobalt digunakan sebagai pigmen sintetik warna biru, khususnya warna kobalt dan ultramarine. Kobalt hijau adalah pigmen hijau yang kebiru-biruan.
Sejumlah zat warna asal coal-tar juga diklasifikasikan sebagai pigmen sintetis. Daya larutnya dalam air, alcohol, dan minyak rendah sehingga umumnya hanya digunakan dalam bentuk bubuk padat yang terdispersi halus. Satu wakilnya yang penting adalah indantern blue.
Banyak pigmen sintetik yang tidak boleh dipakai didalam preparat kosmetika Karena toksis, misalnya cadmium sulfide dan Prussian blue.
5. Lakes alam dan sintetis
Lakes dibuat dengan mempresipitasikan satu atau lebih zat warna yang larut air di dalam satu atau lebih substrat yang tidak larut dan mengikatnya sedemikian rupa (biasanya dengan reaksi kimia) sehingga produk akhirnya menjadi bahan pewarna yang hampir tidak larut dalam air, minya atau pelarut lain.
Kebanyakan lakes dewasa ini dibuat dari zat warna sintetis, kecuali florentinlake yang diperoleh dari presipitasi carmine dan brazilin (zat warna dari sayuran) di dalam aluminium hidroksida.
Lakes yang dibuat dari zat-zat warna asal coal-tar merupakan zat pewarna terpenting di dalam bedak, lipstick dan make up warna lainnya karena lebih cerah dan lebih kompatibel dengan kulit.
Substrat paling umum adalah zink oksida, aluminium hidroksida, aluminium fosfat, barim fosfat, barium sulfat, magnesium karbonat, alumina hidrat dan kaolin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar